
Suatu kerja dan konsolidasi pemerintah terus ditingkatkan dalam menangani virus korona, memang betul. Namun partisipasi masyarakat masih gamang untuk menindaklanjuti. Memang ada dua pilihan yang harus mereka sikapi untuk patuh dan tidak. Inilah sampai sekarang yang menjadi ganjalan.
Kebijakan social distancing belum bisa memberi solusi yang terbaik, mengingat mereka para kaum buruh/sipil yang tiap hari harus keluar untuk bekerja mencari nahkah, menanggung beban kebutuhan istri dan anak-anaknya. Hm….., kini yang menjadi pertanyaan ketidak patuhan ini, apakah bisa disebut sebagai pembangkangan program yang sedang dijalankan pemerintah ?
Belum ada yang bisa menjawab yang signifikan pertanyaan pembangkangan sipil ini.
Memang social distancing bisa dipatuhi oleh mereka yang punya gaji tinggi dan tetap, contoh ASN mereka tinggal duduk manis bersama keluarganya (stay at home) sambil melihat hiburan di layar tivi dan mereka seakan tidak tahu kalau di luar sudut gang sana ada anak kecil yang tidak bisa makan, karena orang tuanya tidak bisa keluar untuk mencari uang.
Ah, mengapa “pagebluk” ini harus tega merusak kehidupan negeri yang kita cintai ini ? Salah apa kita-kita ini dan mengapa pemerintah sejak dari awalnya tidak tanggap, hanya menganggap remeh persoalan ini ? Sementara pecundang-pecundang politik malah semakin membuat gerah, bukan menjadi filter yang teduh dalam menangani persoalan ini………